Oleh: Faizunal A. Abdillah, Pemerhati sosial dan lingkungan – Warga LDII tinggal di Serpong, Tangerang Selatan.
Ketika asik membaca ayat ini, langsung pikiran tertuju ke tulisan Reinald Kasali tentang paspor. Tulisan yang menginspirasi, mengisahkan bagaimana ia melecut paradigma para mahasiswanya untuk berubah lewat paspor. Ternyata dengan paspor telah membuat banyak perubahan terhadap anak didiknya dalam memandang dan mengarungi dunia ini. Menjadikan momentum untuk bersiap menghadapi perubahan dan tantangan. Begitu fantastis kisah itu, sehingga membawa penalaran selanjutnya untuk mencermati lebih dalam ayat ini dalam bahasa paspor yang sebenarnya.
وَكُلَّ إِنْسَانٍ أَلْزَمْنَاهُ طَائِرَهُ فِي عُنُقِهِ وَنُخْرِجُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كِتَابًا يَلْقَاهُ مَنْشُورًا (13) اقْرَأْ كِتَابَكَ كَفَى بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيبًا (14)
“Dan pada tiap-tiap manusia itu telah Kami kalungkan catatan amal perbuatannya di lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka.”Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu.” (QS Al-Isra:13-14)
Tidak semua orang mempunyai paspor. Jadi menjadi suatu kebanggaan mempunyai paspor, apalagi yang terisi penuh dengan stempel dari berbagai negara. Itu artinya telah menjangkau tempat-tempat lain di dunia ini dengan segala atributnya. Selain mendapatkan semacam kegembiraan, karena bisa melihat dunia lain, tentu juga mendapatkan pembelajaran selama perjalanannya. Setidaknya sudah teruji nyalinya, dalam menghadapi perbedaan-perbedaan terutama bahasa dan budaya. Banyak lagi yang lain, yang tidak terungkap semuanya. Intinya paspor membawa perbedaan bagi kapabilitas seseorang.
Nah, ternyata jauh sebelum ada paspor, Allah telah menyiapkan dokumen ini dengan rapi, yang menurut istilah sekarang sebagai jejak digital. Paspor ini bahkan bersifat abadi. Sejak terbuat pada hari kelahiran anak manusia, tidak ada kadaluwarsanya. Seumur hidup. Ia tidak kasat mata dan tergantung lekat di leher setiap manusia. Anti hilang dan bebas pencurian. Pengisinya lebih tegas dan lugas dari petugas bandara atau keimigrasian, yaitu para malaikat pencatat amal. Berbeda dengan paspor yang kita kenal selama ini, paspor ini benar-benar rinci dan detail walau tanpa nomor dan seri. Kesamaannya, keduanya tetap menjadi kebanggaan, jika terisi penuh dengan stempel-stempel kebaikan. Allah Ta’ala berfirman:
وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِيْنَ مُشْفِقِيْنَ مِمَّا فِيْهِ وَيَقُوْلُوْنَ يَا وَيْلَتَنَا مَالِ هَذَا الْكِتَابِ لاَ يُغَادِرُ صَغِيْرَةً وَلاَ كَبِيْرَةً إِلاَّ أَحْصَاهَا وَوَجَدُوْا مَا عَمِلُوْا حَاضِرًا وَلاَ يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا
“Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: ‘Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya.’ Dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Rabbmu tidak menganiaya seorang jua pun.” (QS. Al-Kahfi: 49)
Allah Ta’ala berfirman:
فَأَمَّا مَنْ أُوْتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِيْنِهِ (7) فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيْرًا (8) وَيَنْقَلِبُ إِلَى أَهْلِهِ مَسْرُوْرًا
“Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira.” (QS. Al-Insyiqaaq: 7-9)
Lahaula wala quwwata illa billah, ada semacam energi yang mengalir lembut menyentuh hati ini. Semakin lama semakin dalam dan semakin cepat merambat membuka tabir paspor abadi ini. Dan perjalanan pun dimulai untuk mengisi penuh paspor ini dengan segenap hati. Dengan kebaikan, melalui perkataan dan tindakan yang presisi dan terkontrol sesuai koridor. Tidak terburu-buru dengan hal-hal fantastis dan eksotis, tetapi mengikuti irama semesta sepol kemampuannya. Menjelajah relung-relung hati yang gelap dan tak terjamah dengan tebaran-tebaran cahaya indah amal perbuatan. Pelan perlahan penuh kesabaran, selangkah demi selangkah, namun terus bersambung dengan penuh kesunguhan dan daya juang.
Paspor abadi ini bukan sekedar paspor. Memang ia tidak bisa digunakan untuk menjelajah dunia. Mungkin tidak akan ada stempel Paris dengan Menara Eiffelnya, atau stempel Tokyo dengan sakuranya, stempel Mesir dengan Spink dan piramidnya, New York dengan Libertynya dan Australia dengan Kangurunya, tetapi percayalah akan lebih dari itu semua. Tak ada salahnya jika ada kemampuan untuk menyalin semua itu dalam paspor dunia. Namun jika tidak, tak perlu berkecil hati. Ada semacam kesenangan yang melebihi bagaimana lembutnya salju, empat musim dengan ingar-bingar keindahan ceritanya, atau tempat-tempat eksotik lain yang menjadi pembicaraan dan tujuan para pengelana dan pelancongnya.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: أَعْدَدْتُ لِعِبَادِي الصَّالِحِينَ مَا لَا عَيْنٌ رَأَتْ، وَلَا أُذُنٌ سَمِعَتْ، وَلَا خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ”. قَالَ أبو هريرة: فاقرؤوا إِنْ شِئْتُمْ: {فَلا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ}
Dari Abu Hurairah r.a. dari Rasulullah SAW: Allah SWT berfirman, “Aku telah menyediakan bagi hamba-hamba-Ku yang saleh, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terdelik dalam hati seorang manusia pun.” Abu Hurairah mengatakan, “Bacalah oleh kalian jika kalian berkenan, yaitu: ‘Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata.’ (As-Sajdah: 17) (HR Bukhari)
Dalam hal ini ada teladan indah. Kita bisa mencontoh Rabiah Al-Adawiyah dalam mengisi paspor abadinya. Ia tidak kemana-mana, tetapi bisa melihat di mana-mana melalui keagunganNya. Kala itu Baghdad sedang datang musim semi begitu rupa, taman kota begitu indah dihiasi bunga berwarna-warni. Baunya semerbak harum, ditiup sepoi-sepoi angin ke sana ke mari mengisi delapan penjuru matanya. Sang pembantu berkata kepada Rabi’ah; “Tuanku keluarlah! Lihatlah keindahan yang mengagumkan yang dianugerahkan alam kepada dunia.”
Dari balik biliknya Rabi’ah menjawab;” Apa yang akan kulihat dari keindahan di luar sana? Itu semua fana. Lebih baik kemari dan masuklah, lihatlah keindahan dan keagungan Allah SWT yang telah menciptakan musim semi ini dengan sempurna.”
Masya Allah, itu semua bisa diperoleh asal kita mampu mengisi paspor abadi ini dengan amalan-amalan andalan. Ada stempel royan bagi yang rajin berpuasa, ada stempel sedekah bagi yang suka berbagi, ada stempel dzikir, sticker taubat, sticker dakwah dan banyak lagi yang lainnya. Dan jangan lupa untuk bisa mendapatkan stempel rajin bangun di penghujung malam yang sepertiga. Karena itu bisa menghantarkan kita melanglang lebih jauh ke luar semesta dengan berbagai stempel dan stikernya.
Bisa kita bayangkan paspor abadi dengan stempel indah bangun malam. Di sana kita bisa mendapat sticker dari Surat Abasa, bermain di atas awan At-Takwir, dan berselancar di padang Al-Muthaffifiin. Total ada 114 daftar yang bisa kita kunjungi dan selalu menanti. Silahkan lanjutkan perjalanan berkunjung ke jurang Al-Buruj, atau terbang bersama At-Thariq, ke tempat tertinggi di dunia bernama Al-A’la, mengenal Al-Fajr dan berteman dengan Asy-Syams. Bisa juga yang eksotis dengan Al-Kahfi, atau merasakan hebatnya goncangan keimigrasian Al-Zalzalah, atau kabar gembira mudahnya perjalanan seperti di Al-Insyirah. Sungguh menakjubkan. Bisa juga berburu An-Naml, atau sengatan An-Nahl dan barmain jaring laba-laba Al-Ankabut. Semua tersedia dan ada. Sungguh mengasyikkan dan menantang. Teruslah berselancar sampai batas waktu yang telah ditentukan. Jangan sampai paspor abadi kita berlubang, tanpa stempel, tanpa stiker, walau ada cap asli dari keimigrasian. Karena kita meninggalkan bangun malam.
Tak ada maksud lain dari tulisan ini kecuali bagaimana mengambil inspirasi dari kejadian di sekitar kita untuk memupuk kesuburan spiritualitas dengan kebaikan dan kebaikan. Jangan buang paspor Anda, karena memang itu dibutuhkan. Tapi segera siapkan paspor abadi guna menyiapkan jalan untuk menemukan keindahan-keindanhan lain di luar dunia. Dan itu tanpa biaya. Kita semua bisa, atas izinNya. Allah telah menjanjikan;
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
“Dan orang-orang yang mempersungguh di jalan Kami, maka akan Kami tunjukkan sungguh kepada mereka jalan – jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah niscaya beserta orang-orang yang berbuat baik” (QS Al-Ankabut:69)
Nah, dengan mengisi paspor abadi dengan amalan andalan disertai stempel dan stiker bangun malam ini, kita bisa merasakan surga di mata dan relung hati kita di dunia ini, walau belum memasukinya, sebagaimana Rasulullah SAW sabdakan;
يَا أَيُّهَا النَّاسُ ، أَفْشُوْا السَّلَامَ ، وَأَطْعِمُوْا الطَّعَامَ ، وَصِلُوْا الْأَرْحَامَ ، وَصَلُّوْا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ ، تَدْخُلُوْا الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ
“Wahai manusia, tebarkanlah salam, berikanlah makanan, sambunglah hubungan kekerabatan, dan shalat malamlah di waktu manusia tertidur, niscaya kalian masuk surga dengan selamat.” (HR Ibnu Majah)