Palangkaraya (22/10). Dua dekade lagi yakni pada tahun 2045 Indonesia akan memasuki usia 100 tahun atau satu abad kemerdekaan Indonesia. Masa ini menjadi momentum emas bagi Indonesia untuk mewujudkan Visi Indonesia 2045.
Beruntungnya, rentang tahun 2015-2045, Indonesia mendapatkan bonus demografi. Bonus demografi adalah kondisi suatu negara yang jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) jauh lebih banyak daripada jumlah penduduk usia nonproduktif (usia di atas 64 tahun).
Berdasarkan data BPS 2020 persentase penduduk usia produktif sudah di atas 68%. Bahkan diproyeksikan sampai tahun 2045, persentase penduduk usia produktif mencapai 65,2%. Hal ini merupakan suatu keuntungan tersendiri bagi bangsa Indonesia.
Namun bonus demografi ini tentu harus diiringi dengan penyiapan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten baik hardskill maupun softskill. Agar bonus demografi yang terjadi dapat dimanfaatkan dengan optimal untuk mesujudkan visi Indonesia Emas tahun 2045.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Dewan Pimpinan Daerah Lembaga Dakwah Islam Indonesia (DPD LDII) Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, Anton Kuswoyo, di hadapan puluhan muda-mudi LDII Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, pada Minggu (20/10/2024).
Pada kegiatan pengajian kemandirian muda-mudi yang diselenggarakan di Masjid Jamiatul Amaliyah, Kota Palangkaraya tersebut, Anton Kuswoyo menyampaikan bahwa generasi Z (kelahiran 1997-2012) saat yang peling banyak populasinya di Indonesia. Berdasarkan data BPS 2020 persentase gen-Z adalah 27,94%, generasi milenial 25,87% dan sisanya adalah generasi kelahitan di atas tahun 1980.
Artinya gen-Z dan gen-milenial yang merupakan penduduk usia produktif, mendominasi populasi penduduk Indonesia saat ini.
“Bonus demografi yang terjadi saat ini harus diimbangi dengan peningkatan kualitas SDM, baik kualitas hardskill maupun softskillnya. Dalam bidang hardskill tentu diperoleh melalui pendidikan baik formal atau sekolah, kursus, pelatihan, dan pengulangan secara terus menerus. Hardskill mutlak diperlukan agar orang bisa bekerja dan berkarya”, ungkap Anton.
“Namun hardskill saja tidak cukup. Perlu diibangi dengan softskill atau karakter. Tentu akan sia-sia seseorang menjadi ahli di bidang keilmuan tertentu, tetapi tidak memiliki karakter yang baik. Misalnya gampang putus asa, tidak sabar, tidak jujur, dan sejenisnya”, lanjut Anton.
Anton juga memaparkan pentingnya membentuk 29 karakter luhur bagi generasi muda LDII sejak dini dimanapun berada. Karakter luhur tersbut diantaranya adalah rukun, kompak, kerjasama yang baik, jujur, amanah mujhid muzhid. Selain itu juga berakhlakul karimah, alim faqih, mandiri, dan beberapa karekter unggul lainnya.
Pada kegiatan tersebut juga diisi materi kemandirian oleh Zulfa Assidiq yang juga pengurus DPD LDII Tanah Laut Bagian Ekonomi dan Pemberdayaan Masyarakat. Zulfa menyampaikan tentang cara membentuk mindset wirausaha bagi generasi muda.
“Jumlah wirausawan di Indonesia masing sangat rendah, sehingga peluang untuk berwirausaha sangat besar. Yang penting tahu ilmunya dan punya mindset yang benar dulu, maka apapun idenya bisa dieksekusi menjadi usaha yang menguntungkan”, papar Zulfa.
Sementara itu, Ketua DPD LDII Kota Palangkaraya, H. Cholidin, M.Pd. dalam sambutannya berpesan kepada generasi muda LDII Kota Palangkaraya agar selalu semangat dalam menuntut ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu sesuai bidangnya masing-masing.
“Kami ucapkan terima kasih dan syukur kepada kedua narasumber yang telah memberi motivasi pada genrasi muda LDII Palangkaraya”, tutup Cholidin. (Kus)