Tanah Laut (21/11) —Upaya memulihkan lahan pascatambang batubara yang identik dengan kondisi tandus, kering, masam, dan tidak produktif, kini membuahkan hasil menggembirakan. Ketua LDII Kabupaten Tanah Laut, Anton Kuswoyo, berhasil mengubah lahan marginal tersebut menjadi area pertanaman sorgum yang subur dan produktif melalui riset dan inovasi teknologi budidaya.
Sejak tahun 2023, Anton konsisten melakukan penelitian mendalam terhadap karakteristik lahan pascatambang. Dengan tekad kuat agar lahan rusak tersebut kembali memiliki nilai produktif, ia mulai mengkaji berbagai jenis pembenah tanah untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Hasil kajiannya menunjukkan bahwa dengan teknologi pembenah tanah yang tepat, lahan pascatambang mampu mendukung pertumbuhan tanaman.
Sorgum kemudian dipilih sebagai komoditas unggulan. Alasannya, tanaman ini memiliki adaptasi tinggi terhadap kondisi marginal, multifungsi sebagai sumber pangan alternatif, serta memiliki nilai nutrisi yang baik sebagai bahan pakan ternak ruminansia.
Hasil riset Anton menunjukkan prestasi luar biasa: tanaman sorgum yang dibudidayakan pada lahan pascatambang mampu tumbuh subur dan menghasilkan biomassa segar mencapai 50 ton/ha. “Sorgum ini bukan sekadar tanaman, tetapi solusi. Ia bisa menjadi jembatan antara lahan yang rusak dan masa depan ketahanan pangan kita,” ujarnya.
Inovasi tersebut kemudian dituangkan dalam bentuk karya tulis ilmiah dan dipresentasikan pada Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) 2025 yang digelar oleh Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Provinsi Kalimantan Selatan baru-baru ini. Dari 58 proposal yang bersaing, karya Anton berhasil memikat perhatian empat juri dan mengantarkannya meraih Juara 1 LKTI Tingkat Provinsi.
Anton berharap hasil risetnya dapat diterapkan dalam skala luas oleh pemerintah daerah maupun perusahaan pertambangan di Kalimantan Selatan. “Pemerintah daerah bisa bekerja sama dengan perusahaan pertambangan dan akademisi untuk mewujudkan ketahanan pangan berbasis sorgum,” kata Anton.
Keberhasilan ini menjadi bukti bahwa riset, inovasi, dan kolaborasi dapat mengubah lahan rusak menjadi sumber produktivitas baru yang bermanfaat bagi masyarakat dan pembangunan daerah.
Sementara itu, Juara 2 juga diraih oleh warga LDII Kabupaten Barito Kuala (Batola), Alorisa Tirta Ardiyati bersama tim. Alorisa mengangkat inovasi asap cair sekam padi sebagai pestisida ramah lingkungan. Dengan inovasi tersebut, solusi pengendalian hama menjadi lebih aman bagi lingkungan sekaligus memanfaatkan limbah pertanian secara optimal.
Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) LDII Kalimantan Selatan, H. Dedi Supriatna, memberikan apresiasi atas prestasi yang diraih kedua perwakilan LDII tersebut. “Prestasi ini menunjukkan bahwa warga LDII tidak hanya berperan dalam pembinaan moral dan karakter, tetapi juga mampu berkontribusi nyata dalam bidang riset dan inovasi,” ujarnya.
Ia menambahkan, “Kami sangat bangga. Inovasi yang ditunjukkan Anton dan Alorisa menjadi bukti bahwa generasi LDII siap memberikan solusi bagi masalah-masalah yang dihadapi masyarakat, mulai dari pangan, lingkungan, hingga teknologi tepat guna.”
Dengan capaian ini, LDII Kalimantan Selatan berharap inovasi-inovasi tersebut dapat terus dikembangkan dan memberikan manfaat luas bagi pembangunan daerah serta kesejahteraan masyarakat. (Lines Tala)



