Oleh: Faizunal A. Abdillah, Pemerhati sosial dan lingkungan – Warga LDII tinggal di Serpong, Tangerang Selatan.
Mari manjakan diri untuk sering berada di luar kotak. Kerennya: out of the box, sehingga bisa menempatkan diri dengan baik dan melangkah dengan cakrawala yang lebih luas. Setidaknya bisa mendidik diri untuk memiliki hati yang lebih sabar, luwes dan solutif. Bukan sekedar asal beda, tetapi beda dengan penuh karisma, setidaknya mengikuti dalil ini.
اُدْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ [النحل، 16: ١٢٥].
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan debatlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” [QS. an-Nahl [16]: 125].
Ini tentang Bill Gates. Bukan masalah kekayaannya, tetapi sikap dan ucapannya. Seorang sahabat berbaik hati berbagi pengalaman ketika BiIl Gates menjawab sebuah pertanyaan konyol di sebuah seminar. Pertanyaannya; “Mengapa anaknya tidak bisa menikah dengan orang miskin?” Hal ini terjadi beberapa tahun yang lalu, ketika seorang sahabat menghadiri konferensi di Amerika Serikat tentang investasi dan keuangan. Salah satu pembicara adalah Bill Gates dan selama fase tanya jawab, salah seorang peserta mengajukan pertanyaan yang membuat semua orang tertawa. Pertanyaannya memang agak unik; “Apakah ia, sebagai orang terkaya di dunia, dapat menerima putrinya menikah dengan pria miskin atau sederhana?” Jawabannya sungguh tak terduga dan banyak mengubah isi kepala banyak peserta.
Dengan bahasa yang santun Bill Gates menuturkan; “Pertama-tama, pahami bahwa kekayaan tidak berarti memiliki rekening bank yang gemuk. Kekayaan pada dasarnya adalah kemampuan untuk menciptakan kekayaan. Contoh: seseorang yang memenangkan lotere atau judi. Bahkan jika dia menang 100 juta dollar bukanlah orang kaya. Dia adalah orang miskin dengan banyak uang. Itulah alasan mengapa 90% jutawan lotere menjadi miskin lagi setelah 5 tahun. Anda juga memiliki orang kaya yang tidak punya uang. Misalnya, kebanyakan pengusaha. Mereka sudah di jalan menuju kekayaan meskipun mereka tidak punya uang, karena mereka sedang mengembangkan kecerdasan finansial mereka dan itu adalah kekayaan. Ini mengingatkan pesan indah yang disampaikan oleh sahabat yang mulia Abu Hurairah ra. Dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
“Kaya bukanlah diukur dengan banyaknya harta. Namun, kaya (ghina’) adalah kaya hati (yaitu yang selalu merasa cukup).” (HR. Bukhari)
Bill Gates melanjutkan, bagaimana pun orang kaya dan orang miskin berbeda. Sederhananya: Yang kaya bisa mati untuk menjadi kaya, sedangkan yang miskin bisa membunuh untuk menjadi kaya. Jika Anda melihat seorang anak muda yang memutuskan untuk berlatih, mempelajari hal-hal baru, yang berusaha meningkatkan dirinya terus-menerus, ketahuilah bahwa dia adalah orang kaya. Jika Anda melihat seorang anak muda yang berpikir bahwa masalahnya adalah negara, dan yang berpikir bahwa semua orang kaya adalah pencuri dan yang terus-menerus mengkritik, ketahuilah bahwa dia adalah orang miskin. Orang kaya yakin bahwa mereka hanya membutuhkan informasi dan pelatihan untuk lepas landas, orang miskin berpikir bahwa orang lain harus memberi mereka uang untuk lepas landas. Inilah yang banyak disimpan di banyak pikiran umumnya manusia, persis dengan apa yang dituturkan sahabat yang mulia Abi Dzar.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi nasehat berharga kepada sahabat Abu Dzar. Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu berkata,
قَالَ لِي رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : يَا أَبَا ذَرّ أَتَرَى كَثْرَة الْمَال هُوَ الْغِنَى ؟ قُلْت : نَعَمْ . قَالَ : وَتَرَى قِلَّة الْمَال هُوَ الْفَقْر ؟ قُلْت : نَعَمْ يَا رَسُول اللَّه . قَالَ : إِنَّمَا الْغِنَى غِنَى الْقَلْب ، وَالْفَقْر فَقْر الْقَلْب
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata padaku, “Wahai Abu Dzar, apakah engkau memandang bahwa banyaknya harta itulah yang disebut kaya (ghoni)?” “Betul,” jawab Abu Dzar. Beliau bertanya lagi, “Apakah engkau memandang bahwa sedikitnya harta itu berarti fakir?” “Betul,” Abu Dzar menjawab dengan jawaban serupa. Lantas beliau pun bersabda, “Sesungguhnya yang namanya kaya (ghoni) adalah kayanya hati (hati yang selalu merasa cukup). Sedangkan fakir adalah fakirnya hati (hati yang selalu merasa tidak puas).” (HR. Ibnu Hibban).
Kesimpulannya, kata Bill Gates, ketika saya mengatakan bahwa putri saya tidak akan menikah dengan pria miskin, saya tidak berbicara tentang uang. Saya berbicara tentang kemampuan untuk menciptakan kekayaan dalam diri pria itu. Maaf untuk mengatakan ini, tetapi kebanyakan penjahat adalah orang miskin. Ketika mereka di depan uang, mereka kehilangan akal, itu sebabnya mereka merampok, mencuri, dll. Bagi mereka itu adalah anugerah karena mereka tidak tahu bagaimana mereka bisa mendapatkan uang sendiri. Berbeda dengan sikap yang satu ini. Suatu hari, penjaga bank menemukan tas penuh uang, dia mengambil tas itu dan pergi untuk memberikannya kepada manajer bank. Orang-orang menyebut pria ini idiot, tetapi pada kenyataannya pria ini hanyalah orang kaya yang tidak punya uang. Satu tahun kemudian, bank menawarinya pekerjaan sebagai resepsionis, 3 tahun kemudian dia menjadi manajer pelanggan dan 10 tahun kemudian dia mengelola manajemen regional bank ini, dia mengelola ratusan karyawan dan bonus tahunannya melebihi jumlah yang bisa dia miliki bila dulu ia mencuri. Kekayaan bermula dari kondisi pikiran.”
Itulah definisi-definisi yang harus menjadi pilar berpikir agar menjadi kaya. Kondisi terkuat untuk menjadi kaya adalah sikap mental yang luas dan penuh penerimaan. Maksudnya bisa melihat sisi-sisi baik, jalan-jalan indah dan rencana-rencana (termasuk prasangka baik) untuk terus bergerak maju dan membangun. Dan tentunya, disertai kesabaran yang dalam dan ketawakalan yang sempurna. Apa yang dikatakan Bill Gates seolah penggalian kembali warisan tua yang selalu menjadi asupan jiwa-jiwa indah dalam keimanan. Kaya adalah masalah hati. Sebagaimana disampaikan sahabat mulia Abu Hurairah di atas. Agar kaya, pertama hati harus ridha dan senang dengan apa yang telah diberikan Allah kepadanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan;
ﻭاﺭﺽ ﺑِﻤَﺎ ﻗَﺴَﻢَ اﻟﻠَّﻪُ ﻟَﻚَ ﺗَﻜُﻦْ ﺃَﻏْﻨَﻰ اﻟﻨَّﺎﺱِ
“Ridhalah dengan pemberian Allah, maka kamu akan menjadi hamba yang paling kaya.” (HR Tirmidzi)
Dengan sikap ridha dan senang lahirlah syukur. Bentuknya diwujudkan dalam tindakan-tindakan indah dengan selalu melihat ke bawah. Tentu dengan tatapan yang indah dan penuh kerendahan hati. Sahabat Abu Hurairah menuturkan;
ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮﻝُ اﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ: «اﻧْﻈُﺮُﻭا ﺇِﻟَﻰ ﻣَﻦْ ﺃَﺳْﻔَﻞَ ﻣِﻨْﻜُﻢْ، ﻭَﻻَ ﺗَﻨْﻈُﺮُﻭا ﺇِﻟَﻰ ﻣَﻦْ ﻫُﻮَ ﻓَﻮْﻗَﻜُﻢْ، ﻓَﻬُﻮَ ﺃﺟﺪﺭ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺗَﺰْﺩَﺭُﻭا ﻧِﻌْﻤَﺔَ اﻟﻠﻪِ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ»
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Lihatlah orang yang ada di bawah kalian. Dan janganlah melihat kepada orang yang di atas kalian. Hal itu lebih pantas untuk tidak meremehkan nikmat dari Allah kepada kalian.” (HR Muslim)
Dari rasa ridha dan senang lahirlah sikap nrimo – penerimaan yang indah. Sikap ini ditandai dengan ketawakalan yang sempurna dalam menjalani hidup ini. Semeleh. Tidak mudah menyerah dan terus berusaha. Dan tentunya berada di dalam ruang-ruang yang jelas dengan tajuk halalan thayyiban. Berdasarkan nasehat-nasehat tua berikut ini.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ، بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ “ قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ وَرُزِقَ كَفَافًا وَقَنَّعَهُ اللَّهُ بِمَا آتَاهُ ”
Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda; “Beruntunglah orang yang islam, dikaruniai rezeki yang cukup, dan menerima apa pun yang dikaruniakan Allah (kepadanya).” (HR. Muslim;
عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم “ لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرُزِقْتُمْ كَمَا تُرْزَقُ الطَّيْرُ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا ”
Dari Umra bin Alkhaththab dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda; “Andaikan kalian benar-benar bertawakal kepada Allah, niscaya kalian akan mendapatkan rezeki sebagaimana burung memperoleh rezeki. Dia pergi di pagi hari dalam keadaan perut kosong, lalu pulang di sore harinya dalam keadaan perut kenyang.” (HR. Tirmidzi)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menasihatkan,
إِنَّ أَحَدَكُمْ لَنْ يَمُوْتَ حَتَّى يَسْتَكْمِلَ رِزْقَهُ، فَلاَ تَسْتَبْطِئُوا الرِّزْقَ، وَاتَّقُوا اللهَ أَيُّهَا النَّاس، وَأَجْمِلُوْا فِي الطَّلَبِ، خُذُوْا مَا حَلَّ وَدَعُوْا مَا حَرُمَ “Sesungguhnya, seseorang di antara kalian tidak akan mati kecuali setelah dia mendapatkan seluruh rezeki (yang Allah takdirkan untuknya) secara sempurna. Maka, janganlah kalian bersikap tidak sabaran dalam menanti rezeki. Bertakwalah kepada