Tanah Laut (18/8) – Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan ke-77 Republik Indonesia, Pondok Pesantren Pelajar dan Mahasiswa (PPPM) Al Manshurin Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan (Kalsel) menggelar upacara bendera di halaman Masjid Sabilar Rosyad, di Jalan Mufakat RT 10 RW 04 Kelurahan Angsau, Kecamatan Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, pada 17 Agustus 2022.
Upacara bendera ini diikuti oleh kurang lebih sebanyak 100 peserta yang terdiri dari santri ponpes, para pengurus dan juga remaja di lingkungan sekitar ponpes.
Ketua ponpes, Ustadz Hakim Abdur Rohman, S.T. selaku pembina upacara dalam amanatnya menyampaikan agar santri ponpes Al Manshurin Pelaihari memiliki Trisukes yaitu Alim Faqih, Akhlakul Karimah, dan Mandiri. Selain itu juga harus memiliki 6 Tobiat Luhur (rukun, kompak, kerjasama yang baik, jujur, amanah, hemat lagi giat).
“Dengan memiliki trisukses dan enam thobiat luhur, maka santri akan menjadi generasi bangsa yang unggul dimanapun berada. Ini semua harus dibentuk dan diwujudkan dari sekarang, di lingkungan ponpes Al Manshurin Pelaihari. Turut memperingati hari ulang tahun ke-77 Republik Indonesia ini juga dalam rangka membentuk semangat bela negara. Kita tahu bahwa untuk meraih kemerdekaan ini diperlukan perjuangan yang sangat berat. Bahkan harus mengorbankan nyawa. Oleh sebab itu, kita yang tinggal menikmati kemerdekaan ini, harus mengisi kemerdekaan dengan karya dan kontibusi positif yang bermanfaat”, pesan Hakim dalam amanatnya.
Sementara itu di tempat terpisah, Ketua Dewan Pimpinan Daerah Lembaga Dakwah Islam Indonesia (DPD LDII) Kabupaten Tanah Laut, Ir. Anton Kuswoyo, S.Si., M.T., M.Pt. menyampaikan bahwa peran pondok pesantren dalam mengisi kemerdekaan ini sangat penting. Ia menggarisbawahi bahwa pondok pesantren beberapa kali turut andil secara langsung dalam menghadapi berbagai permasalahan bangsa. Bahkan, pondok pesantren juga turut andil sejak zaman perjuangan kemerdekaan dahulu.
“Disaat bangsa Indonesia dilanda Covid-19, seluruh pondok pesantren di bawah naungan LDII juga memiliki peran dalam hal memutus penyebaran Covid-19 yaitu dengan turut membantu menyelenggarakan vaksinasi baik sebagai panitia maupun sebagai peserta”, papar Anton.
Menurut Anton, saat ini bangsa Indonesia juga menghadapi permasalahan gempuran masuknya budaya asing ke Indonesia melalui media internet. Liberalisme, hedonism, LGBT, pergaulan bebas, adalah beberapa budaya asing yang tidak sesuai dengan budaya bangsa Indonesia.
“Oleh sebab itu warga LDII dan ponpes-ponpes di lingkungan LDII selalu ditanamkan tentang wawasan kebangsaan agar sebagai umat islam di Indonesia tidak terpengaruh budaya asing. Sebaliknya sebagai umat Islam warga LDII justru harus turut menjaga kesatuan dan persatuan bangsa. Hal ini bisa terwujud salah satunya dengan kita mengingat kembali perjuangan para pahlawan yang telah gugur mendahului kita. Kemudian kita melanjutkan dengan mengisi kemerdekaan ini sebaik-baiknya”, lanjutnya.
Sistem pendidikan dan pengajaran di Ponpes Al Manshurin selain mengajarkan ilmu Al Qur’an dan al Hadist, juga beberapa kali diisi dengan seminar wawasan kebangsaan dari Kodim 1009 Tanah Laut, penyuluhan Kamtimbas dari Polres Tanah Laut, dan tausyiah dari Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Tanah Laut.
Sehingga dengan demikian, membuat Anton Kuswoyo yakin bahwa di lingkungan pondok pesantren rasa cinta tanah air dan bangsa tumbuh dengan baik, sehingga para santri bisa terus berkontribusi dalam upaya pembangunan nasional. (Kus)