Tanah Laut (9/4) – “Pangan merupakan soal mati-hidupnya suatu bangsa. Apabila kebutuhan pangan rakyat tidak dipenuhi, maka akan terjadi malapetaka. Oleh karena itu, perlu usaha secara besar-besaran, radikal, dan revolusioner”, demikian ucapan legendaris Presiden RI pertama Ir Soekarno.
Tidak dapat dimungkiri bahwa pangan adalah kebutuhan pokok manusia. Di dalamnya mencakup pangan pokok, lauk pauk, sayur mayur, dan lainnya yang berkaitan dengan apapun yang bisa dimakan manusia.
Namun disaat jumlah penduduk kian meningkat tiap waktu, justru tidak diiringi dengan meningkatnya jumlah petani. Bahkan profesi petani cenderung menurun tiap tahun.
Menurut Plt Direktur Pembangunan Daerah Kementerian PPN/Bappenas Mia Amalia mengatakan, pada tahun 1976 proporsi pekerja Indonesia di sektor pertanian mencapai 65,8 persen. Namun, di 2019 turun signifikan menjadi hanya 28 persen, (kompas.com, 24/03/2021).
Prihatin akan kondisi hal tersebut membuat Ketua Dewan Pimpinan Daerah Lembaga Dakwah Islam Indonesia (DPD LDII) Kabupaten Tanah Laut (Tala), Kalimantan Selatan (Kalsel), Ir Anton Kuswoyo, S.Si., MT. terjun langsung menekuni dunia pertanian, khususnya pertanian hortikultura.
Bermodalkan lahan kebun seluas 7500 meter persegi, Anton pun menanam berbagai macam tanaman hortikultura seperti terong, timun, kacang panjang, labu, dan cabe.
Hasil panen dijual kepada pengepul maupun diantar sendirian ke pasar. Rata-rata panen tiap dua hari sekali. Aktivis berkebun seusai kerja di kantor ditekuninya sejak 4 tahun terakhir ini.
“Alhamdulillah hasilnya bisa untuk menambah pendapatan. Selain itu bertani juga sebagai aktivitas penghilang penat setelah seharian bekerja di kantor”, kata Anton yang merupakan dosen di sebuah perguruan tinggi negeri di daerahnya.
Rupanya aktivitas bertani tidak hanya untuk dirinya sendiri. Anton juga mengajak beberapa orang pemuda desa untuk turut bercocok tanam di kebunnya. Bahkan ia tak segan-segan mengajari para pemuda desa cara bercocok tanam serta merawatnya hingga panen.
Diantara para pemuda desa ini bahkan ada yang disabilitas. Meski memiliki keterbatasan fisik, namun Anton terus memberikan semangat untuk bertani.
Rico Supriyanto, pemuda 21 tahun yang memiliki keterbatasan fisik pada kaki karena kecelakaan mengaku senang sejak diajak berkebun hortikultura. Disela-sela profesinya sebagai kurir pada perusahaan ekspedisi swasta, ia pun giat berkebun timun dan cabai japlak.
“Senang aja sih, bisa menanam timun dan cabai. Meskipun masih belajar, Alhamdulillah ada yang mau membimbing sekaligus menyediakan lahannya”, ungkap Rico senang.
“Sejak kenal dengan Pak Anton, saya jadi tahu tentang Program YESS dan saat ini sedang dibimbing untuk mengajukan proposal pada Program YESS”, lanjutnya.
Youth Enterpreneurship And Employment Support Services (YESS) adalah program kerjasama antara Kementerian Pertanian melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) dengan International Fund for Agricultural Development (IFAD) sebagai upaya untuk menumbuhkembangkan wirausaha muda dan tenaga kerja yang handal di sektor pertanian. Sasaran program YESS adalah pemuda berusia 17-39 tahun yang berdomisili tetap atau memiliki NIK di 4 Provinsi lokasi Program YESS (Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan selatan, dan Sulawesi Selatan) di 15 Kabupaten.
Di Kalsel ada 3 kabupaten yang mendapat Program YESS yaitu Kabupaten Banjar, Kabupaten Tanah Laut (Tala), dan Kabupaten Tanah Bumbu.
“Beruntung bagi pemuda yang ada di Kabupaten Tala khususnya karena bisa mendapatkan kesempatan emas mendapat hibah dana dari Program YESS. Petani muda akan diberikan pendanaan dan tanpa harus mengembalikan. Selain itu juga akan diberi bimbingan dan pelatihan seputar pertanian. Maka kesempatan emas ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Pemuda milenial harus bangga jadi petani, karena sekarang petani adalah profesi yang keren dan menjanjikan masa depan. Semua orang pasti perlu makan, sehingga usaha pertanian akan selalu dibutuhkan selama masih ada kehidupan”, ujar Anton. (kus)
Terima kasih redaktur. Alhamdulillah jaza kumullohu khoiro…