Ketua LDII Tanah Laut Turut Beri Penyuluhan di Desa Kerukunan
Tanah Laut (06/11) – Desa Tajau Pecah Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Tanah Laut (Tala), Kalimantan Selatan merupakan desa kerukunan binaan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Tala. Di desa ini terdapat multi agama, multi etnis, dan multi kultural. Namun semuanya bisa rukun dan saling menghargai satu sama lain.
Dalam rangka pembinaan dan pemberdayaan desa kerukunan, baru-baru ini jajaran pengurus FKUB Tala mengadakan kegiatan silaturahmi dilaksanakan pada Selasa (12/10) lalu, di balai desa Tajau Pecah. Hadir semua tokoh agama (Islam, Katolik, Protestan, Hindu, dan Budda), dan juga perangkat Desa Tajau Pecah.
Ketua Dewan Pimpinan Daerah Lembaga Dakwah Islam Indonesia (DPD LDII) Kabupaten Tala, Ir. Anton Kuswoyo, S.Si., M.T., juga turut hadir memberikan materi penyuluhan di acara tersebut. Anton menyampaikan bahwa sebagai desa kerukunan, maka toleransi dan kerukunan perlu terus dipertahankan bahkan ditingkatkan.
“Kerukunan bukan hanya untuk masyarakatnya saja, namun perangkat desa dan tokoh-tokoh agama juga harus memberikan contoh nyata tentang perilaku rukun. Agar masyarakat mendapatkan teladan dari pemerintahan desa maupun tokoh agama setempat”, papar Anton yang juga merupakan pengurus FKUB Kabupaten Tala.
Sementara itu, Ketua FKUB Kabupaten Tala, Drs. H. Al Makmun memberikan apresiasi kepada Desa Tajau Pecah, karena telah berhasil mewujudkan kerukunan sehingga Desa Tajau Pecah menjadi icon Desa Kerukunan di Kabupaten Tala.
“Desa Tajau Pecah ini sangat menarik karena terdiri dari suku atau etnis dan pemeluk agama masyarakatnya yang beragam. Hal inilah yang menjadi alasan Desa Tajau Pecah ini dijadikan sebagai salah satu desa binaan kerukunan umat beragama oleh Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Tanah Laut. Masyarakat Desa Tajau Pecah berasal dari 7 suku bangsa /etnis, mereka adalah Etnis Banjar, Jawa, Sunda, Bali, Madura, Dayak dan Batak. Suku Jawa dan Suku Banjar menempati posisi mayoritas”, jelas Al Makmun.
Sebagai desa yang plural Desa Tajau Pecah sangat menarik, karena suasana rukun sangat terlihat dalam kehidupan masyarakat desanya. Suasana rukun tersebut diantaranya ialah:
1. Saling mengunjungi ketika diundang resepsi perkawinan.
Menghadiri undangan resepsi perkawinan adalah suatu hal yang lumrah dilakukan oleh warga Desa Tajau Pecah yang berbeda agama, bahkan tidak jarang sebagian mereka yang berbeda agama tersebut saling membantu dalam persiapan dan acara resepsi perkawinannya.
2. Duduk bersama “bapapanderan”.
Berkumpul bersama pemeluk agama yang berbeda baik dengan cara direncanakan atau tanpa suatu rencana biasa terjadi, misalnya mereka berumpul dalam suatu kegiatan rapat di Balai Desa atau sekedar bertemu di satu warung teh, sambil minum teh mereka ngobrol tentang berbagai hal, bertukar informasi dan sebagainya.
3. Kerja Bakti
Kerja bakti melibatkan seluruh warga masyarakat desa, terutama kerja bakti ketika menyambut hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia setiap tanggal 17 Agustus. Kerja bakti tersebut meliputi membersihkan dan menghias lingkungan desa. Mereka juga terlibat bersama dalam kepanitiaan dan peserta lomba memperingati hari kemerdekaan . Masyarakat juga terlibat bersama-sama dalam kesibukan mempersiapkan pemilihan kepala desa.
4. Kebebasan beribadah sesuai keyakinan agama masing-masing.
Hidup berdampingan dengan pemeluk agama yang berbeda tidak membuat masyarakat Desa Tajau Pecah merasa terganggu untuk mengekspresikan dan mengamalkan ajaran agama mereka. Setiap warga muslim bebas beribadah menurut keyakinan mereka, demikian juga pemeluk Hindu, bahkan dalam upacara pembakaran jenazah warga muslim ikut menyaksikan upacara tersebut. Untuk pemeluk Kristen, walaupun tidak ada gereja di Desa Tajau Pecah karena gereja hanya terdapat di kota Pleihari, mereka tanpa pernah diganggu untuk beibadah sesuai keyakinan mereka.
5. Kebebasan membangun tempat ibadah.
Pemeluk Hindu adalah mayoritas kedua setelah muslim yang menempati Desa Tajau Pecah, yaitu bejumlah 370 orang. Sebagai penduduk mayoritas kedua, warga Hindu sangat memberi warna bagi keadaan desa. Bagi pemeluk Hindu membangun Pura adalah satu keharusan, semakin banyak dan megah Pura yang mereka bangun semakin menunjukkan kualitas keberagamaan mereka. Hal ini lah pula yang tergambar di Desa Tajau Pecah, di mana Pura banyak berdiri megah baik di depan rumah warga pemeluk Hindu maupun di komplek ibadah tersendiri yang mereka gunakan sebagi tempat ibadah bersama-sama. (rls)
Semoga lancar barokah, bermanfaat bagi bangsa dan negara
Semoga bermanfaat bagi masyarakat bangsa dan negara, lancar barokah. Amiin