Barabai (05/11) – Mengunjungi kota Barabai kabupaten Hulu Sungai Tengah belum lengkap rasanya jika belum berkunjung ke Masjid yang dikelola Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) setempat.
Masjidnya berada diantara perkebunan sawit milik perusahaan dan kebun karet milik warga sekitar, hawanya sejuk dan segar karena limpahan oksigen dari perkebunan.
Dari Barabai, Ibu kota Hulu Sungai Tengah (HST) ke lokasi Masjid berjarak sekitar 15 kilometer, tepatnya berada di desa Haur Gading Kecamatan Batang Alai Utara.
Masjid Raudhatul Jannah yang dibangun sejak tahun 2013 itu baru 60 persen terbangun, lantainya belum di keramik, dindingnya juga belum semuanya diplester dan plafonnya belum juga terpasang namun beribadah di masjid ini terasa khusyuk sebab jauh dari hingar bingar suara bising kendaraan.
“Ukuran badan masjid 16 x 18 meter, tapi kalau ditambah dengan teras jadi lebih besar lagi” jelas pengurus Masjid, Jarianto ramah kepada ldiikalsel.or.id.
Pria yang kesehariannya sebagai petani karet ini membeberkan lamanya pembangunan masjid karena dibangun secara swadaya masyarakat sekitar saja dan sebagian shodaqoh dari hamba Allah.
“Alhamdulillah meskipun lambat tapi sekarang sudah sangat nyaman kami tempati untuk beribadah” ujarnya.
Bukan hanya untuk beribadah wajib seperti sholat saja, fungsi masjid menjadi maksimal karena digunakan pengajian secara rutin oleh DPD LDII HST.
“Seminggu tiga kali digunakan untuk pengajian termasuk pengajian khusus ibu ibu” ujarnya lagi.
Selain itu masjid juga digunakan untuk pembinaan generasi penerus dari usia dini hingga muda dan mudi.
Ketua LDII HST, Romli mengatakan masjid yang berada ditengah perkebunan itu sangat barokah karena bukan hanya untuk ibadah wajib tapi juga sebagai wadah mencetak generasi penerus yang alim, berakhlakul karimah dan mandiri.
“generasi penerus kami memanfaatkan masjid untuk pengajian meskipun ada gedung yang diperuntukkan TPA namun masih kurang” ucap Romli.
Kelas pengajian usia TK dan SD saja sudah ada tiga kelas belum lagi usia remaja dan muda mudinya.
“Kami bersyukur bisa memakmurkan masjid, mudah mudahan masjid ini bisa segera selesai pembangunnnya supaya lebih nyaman” harapnya.
Ia menceritakan ketika mulai membangun masjid mendapat dukungan dari berbagai pihak bukan hanya masyarakat sekitar tapi juga pemerintah dan MUI HST.
“Alhamdulillah yang meletakkan batu pertamanya Camat Batang Alai Utara” tutur pria murah senyum itu.
Penentuan arah kiblat dibantu dari kementerian agama setempat, dukungan dari banyak pihak ini yang membuat warga LDII semangat menyelesaikan pembangunan masjid meskipun ditengah keterbatasan.
Terlebih lagi hubungan antara LDII HST dengan MUI selama ini terjalin harmonis sampai sekarang. (ril)