Jakarta (16/6). Dalam rangkaian “Road to Rakernas LDII”, Ketua DPP LDII Teddy Suratmadji dan pengurus harian berkunjung ke Markas Besar Tentara Nasional Indonesia (TNI) di Cilangkap, Jakarta Timur, pada Kamis (15/6). Kunjungan mereka diterima Kepala Pusat Pembinaan Mental (Pusbintal) TNI Laksamana Pertama (Laksma) Ian Heriyawan beserta jajarannya di Gedung Agustinus Soetjipto, Jakarta.
Dalam pertemuan itu Teddy memaparkan program kerja prioritas LDII, sekaligus mengundang Panglima TNI dalam Rakernas LDII. Menanggapi hal itu, Laksma Ian mengapreasiasi kehadiran LDII di Mabes TNI.
“Kami menyambut gembira kedatangan LDII di Mabes TNI dan kami mendapatkan perintah dari Panglima TNI untuk menyambut kehadiran LDII. Mudah-mudahan pertemuan ini menjadi salah satu kontribusi dalam membangun bangsa. Kami juga berterima kasih kepada Panitia Rakernas LDII yang akan mengundang Bapak Panglima TNI untuk hadir pada acara Rakernas LDII pada November 2023,” ujar Laksma Ian.
Ia menambahkan, hasil pertemuan dengan LDII akan dilaporkan kepada Panglima Laksamana TNI Yudo Margono, termasuk mengakselerasikan kerja sama yang akan dibangun di dalam nota kesepahaman. “Kami berharap pertemuan hari ini bukan hanya seremonial, tapi pertemuan yang dapat dikonkritkan ke depan. Apabila dimungkinkan terdapat MoU sehingga pertemuan ini akan melahirkan ide dan gagasan serta kegiatan, yang riil dan bermanfaat baik untuk TNI maupun LDII,” ungkapnya.
Dalam pertemuan itu, ia juga menyinggung tentang stigma LDII eksklusif. Menurutnya, stigma itu muncul karena kurangnya informasi yang baik di tengah masyarakat, “Yang kami tahu sejak awal kurangnya informasi dan keterbukaan. Di era sekarang ini keterbukaan itu adalah suatu keniscayaan berlaku bagi organisasi apapun,” tuturnya.
Apabila terbuka, sambung Laksma Ian Heriyawan, maka orang akan tabayun dan menjadi jelas. “Dulu kan ada stigma-stigma negatif itu karena ketidaktahuan. Jadi banyak hal yang tidak diketahui publik, bukan saja oleh TNI tapi juga masyarakat pada umumnya, sehingga stigma itu menjadi melekat,” urainya.
Ia menegaskan, dengan hadirnya LDII ke Mabes TNI menunjukkan semakin jelas bahwa LDII insklusif, “Terlebih ada delapan klaster yang disampaikan itu dan yang nomor satunya adalah wawasan kebangsaan. Ini menurut hemat kami sangat membahagiakan dan tentu saja tidak hanya di atas kertas yang lebih penting itu adalah konkritnya di lapangan,” tegas Laksma Ian.
Menanggapi masukan tersebut, Ketua DPP LDII Teddy Suratmadji mengatakan LDII adalah organisasi yang inklusif, dan LDII menempatkan wawasan kebangsaan di atas segala-galanya. Setelah kebangsaan, lanjut Teddy, bidang dakwah keagamaan menjadi program prioritas berikutnya, “Karena kami tidak akan dapat menjalankan ibadah tanpa memiliki NKRI yang utuh, yang damai, yang dinaungi ukhuwah Islamiyah, ukhuwah basyariah dan ukuwah insaniyah serta ukhuwah wathoniyah,” ungkap Sekjen Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) itu.
Selain itu, ia berharap bisa menjalin MoU antara LDII dan TNI, termasuk pembinaan mental spiritual di daerah-daerah terpencil, “Karena pastinya TNI tidak mempunyai banyak masjid di daerah-daerah terpencil akan tetapi bisa bekerjasama dengan ormas Islam termasuk LDII,” pungkasnya.