Tanah Laut (23/6) – Ratusan Ibu-Ibu warga Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Kabupaten Tanah Laut (Tala) Kalimantan Selatan mengikuti webinar tentang deteksi dini kandungan dan kehamilan resiko tinggi secara online (daring) di Kus13 studio mini. Acara tersebut digelar oleh Forum Komunikasi Kesehatan Islam Indonesia (FKKI) pada Sabtu (22/7).
Tiga belas studio tersebut berada di masing-masing Pimpinan Anak Cabang (PAC) LDII yang ada di kelurahan/desa se Kabupaten Tala
Ketua DPD LDII Tala, Anton Kuswoyo, menjelaskan bahwa 13 lokasi studio ditentukan untuk memudahkan Ibu-Ibu dan para wanita mengikuti kegiatan tersebut. “Kalau dijadikan satu tempat saja, tentu terkendala jarak bagi Ibu-Ibu yang berada jauh dari studio. Maka kami adakan di 13 studio mini agar lebih terjangkau bagi seluruh peserta”, ungkap Anton.
Webinar tersebut menghadirkan narasumber
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Spesialis Ginekologi Prof. Yusrawati. Dalam paparannya, Prof. Yusrawati mengungkapkan, setiap perempuan harus mendeteksi dini penyakit reproduksi.
“Penyakit yang menyerang sistem reproduksi perempuan, seperti kanker mulut rahim dan ovarium dapat menyerang setiap perempuan tanpa terkecuali,” ujar Yusrawati.
Menurut Data Kementerian Kesehatan tahun 2018 kanker payudara merupakan pembunuh nomor satu para perempuan di Indonesia. Disusul dengan kanker mulut rahim lalu kanker ovarium. Penyebabnya, menurut Yusrawati, adalah faktor lingkungan, perilaku yang tidak sehat, dan genetik.
Faktor lingkungan seperti polusi, asap, virus, dan radiasi. Sedangkan faktor perilaku yang tidak sehat didapat dari diet kurang seimbang, karbohidrat yang berlebihan, kurangnya konsumsi buah dan sayur serta kurang olahraga. “Menjaga kesehatan dan melakukan deteksi dini secara berkala merupakan bentuk ikhtiar kita untuk terhindar dari keganasan penyakit kanker, deteksi dini dapat dilakukan sendiri maupun di puskesmas setempat,” ujarnya.
Wanita Indonesia karena itu perlu skrining terutama organ tubuh reproduksi, seperti mulut rahim. “Skrining itu sebagai tindak pencegahan atau penanganan meski penyakit itu tidak memiliki gejala,” kata Yusrawati.
Pencegahan virus, kata Yusrawati selain deteksi dini, perempuan perlu imunisasi atau vaksin. Sekitar 90 persen kanker serviks atau kanker mulut rahim disebabkan virus HPV (Human Papillomavirus) dengan tipe onkogenik (penyebab kanker akut). Yang memiliki faktor resiko kanker tersebut seperti pernikahan muda, infeksi menular seksual, mitra seksual multiple, kekurangan vitamin, dan merokok.
Terkait penyakit reproduksi, narasumber kedua yakni Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Hasanudin, Prof. Siti Maisuri Tadjuddin Chalid, juga mengungkapkan kanker menjadikan kehamilan yang beresiko. Lebih dari 50 persen ibu hamil di Indonesia memiliki masalah dari awal kehamilan, kehamilan tidak sehat dan berisiko.
“Hal itu terjadi karena 32 persen remaja mengalami anemia, jadi sebenarnya risiko kehamilan dapat diminimalkan jika sejak remaja sudah menjaga kesehatan dengan baik,” ungkap Siti Maisuri.
Ia menjelaskan, anemia pada remaja kerap terjadi karena tiap bulan menstruasi yang tidak terkontrol dengan baik. Gejalanya seperti kuantitas darah haid yang tidak menentu tiap bulan sehingga periode haid tidak teratur. “Jika gejala tersebut muncul saat menstruasi seharusnya segera diperiksakan dan diobati. Masalah lainnya seperti hipertensi dan obesitas juga perlu ditangani agar meminimalisir resiko kehamilan,” katanya.
Karena itu, selain pencegahan resiko kehamilan dimulai sejak remaja, pencegahan untuk tidak hamil di usia dibawah 20 tahun dan terlalu tua diatas 35 tahun perlu dipertimbangkan. Kehamilan jarak dekat dan kehamilan sebelumnya yang memerlukan tindakan operasi juga termasuk hal-hal yang perlu diperhatikan untuk mengurangi kehamilan risiko tinggi.
Setelah selesai mengikuti webinar, Ibu-Ibu LDII Tala mengaku puas karena mendapat pengetahuan baru tentang kandungan dan kehamilan resiko tinggi. Mereka berharap agar FKKI secara berkala mengadakan webinar untuk tema kesehatan yang lainnya. (Kus)