Tabalong (1/1) – Ada pemandangan yang berbeda saat pengajian akhir tahun 2024 yang diadakan DPD LDII Tabalong di Gedung Serbaguna Laburan desa Padang Panjang.
Ratusan remaja peserta pengajian akhir tahun tidak ada satu orang pun yang memegang gadgetnya.
Sejak registrasi pukul 17.00 wita pada Selasa (31/1) semua gadget yang dibawa oleh peserta dikumpulkan ke panitia untuk disimpan dan diambil lagi setelah 24 jam.
“Ya, tahun ini memang beda karena kita sepakat untuk puasa gadget selama 24 jam” jelas Dawud, Panitia pengajian akhir tahun remaja LDII Tabalong.
Ide “puasa” gadget selama 24 jam ini menurut Dawud berawal dari ide dan saran dari Dewan Penasehat LDII Tabalong yang menginginkan rehat sejenat dari hiruk pikuknya di dunia maya.
“Momentnya pas pengajian akhir tahun sehingga semua remaja LDII Tabalong bisa mengikuti kegiatan dengan fokus serta bisa lebih banyak berinteraksi dengan rekan rekannya” jelas Dawud.
Ia mengatakan selama kegiatan selain mereka bisa lebih fokus ternyata peserta juga bisa lebih santai dan gembira.
Kegiatan pengajian akhir tahun selain diisi dengan kajian Al Qur’an dan Al Hadits juga diisi dengan nasehat agama dari dewan penasehat LDII Tabalong, aneka game dan ditutup dengan lomba menghias tumpeng antar kelompok peserta.
“Setelah itu mereka dipersilahkan istirahat, pukul 02.30 malam kita bangunkan untuk melaksanakan sholat tahajud dan berdoa, selesai sholat subuh berjamaah di masjid Baitul Muhlisin disambung dengan nasehat agama yang disampaikan ketua DPD LDII Tabalong” tutur Dawud.
Muhammad Ilyas anggota Dewan Penasehat LDII Tabalong dalam tausyiahnya juga menyampaikan secara rinci latar belakang 24 jam tanpa gadget untuk remaja LDII.
“Gadget telah banyak membantu memudahkan kehidupan kita tapi dampak negatif dari gadget juga banyak merusak kehidupan kita jika tidak bisa memanfaatkan gadget dengan bijak” ucap M Ilyas dihadapan ratus remaja putra dan putri yang antusias menyimak nasehatnya.
Tidak bisa dipungkiri dari penggunaan gadget yang salah banyak generasi muda yang terjerumus ke dalam perbuatan maksiat yang dilarang oleh agama maupun pemerintah seperti judi online, pinjol, penipuan bahkan hingga perzinahan.
Ia mengajak peserta menikmati bagaimana terlepas dari gadget sejenak dan memaksimalkan berinteraksi dengan kawan sebayanya.
Padatnya acara ternyata membuat peserta tidak mempermasalahkan jika mereka tidak memegang gadgetnya.
Sulthon salah seorang peserta dari PC Murung Pudak bahkan bisa melupakan smartphone nya dan mengikuti rangkaian acara hingga selesai.
“Alhamdulillah tidak masalah 24 jam tanpa HP, kita masih bisa happy dan jauh lebih menyenangkan” ucap Sulthon yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas kelas 11.
Diakuinya HP bisa membuat remaja seperti dirinya lupa bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, ia berharap banyak program kegiatan di PC maupun PAC yang menanggalkan HPnya sejenak. (rel)