• DPP LDII Official Website
  • Tentang LDII
  • Home
  • Tentang LDII
  • Susunan Pengurus
  • Rubrik
  • Kontak
No Result
View All Result
  • Home
  • Tentang LDII
  • Susunan Pengurus
  • Rubrik
  • Kontak
No Result
View All Result
No Result
View All Result
Home Berita Nasional

Pelatihan TPPK LDII Soroti Urgensi Penanganan Kekerasan di Sekolah dan Pesantren

0
SHARES
9
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Kediri (25/5). Di tengah upaya menciptakan sekolah sebagai ruang aman dan nyaman bagi peserta didik, realitas menunjukkan masih banyak luka yang tersembunyi. Dalam Pelatihan Tim Pencegahan dan Penanggulangan Kekerasan (TPPK) yang diselenggarakan DPP Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) di Pondok Pesantren Wali Barokah, Kediri, Sabtu, 24 Mei 2025, psikolog Dian Alia Putri, mengungkap fakta-fakta tentang kekerasan di lingkungan pendidikan.

“Sekolah seharusnya menjadi tempat anak bertumbuh, bukan justru menyimpan trauma,” kata Dian di hadapan ratusan peserta pelatihan. Ia membuka paparannya dengan menekankan pentingnya kejujuran dalam mengenali masalah. “Kita tak bisa menyelesaikan masalah yang tak pernah diakui.”

Dian menjelaskan bahwa kekerasan di sekolah dapat terjadi dalam berbagai bentuk dan antarpihak. Siswa kepada siswa, guru kepada siswa, hingga antarpendidik. Ia mengklasifikasikan enam bentuk kekerasan yang lazim ditemukan: kekerasan fisik, psikis, perundungan (bullying), kekerasan seksual, diskriminasi dan intoleransi, serta kekerasan berbasis sistem dan kebijakan sekolah.

“Banyak dari kita masih menganggap kekerasan hanya soal fisik. Padahal ejekan yang berulang, candaan seksual, hingga ketimpangan perlakuan adalah bentuk-bentuk kekerasan yang tak kasat mata,” ujar Dian yang juga anggota Departemen Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga (PPKK) DPP LDII.

Dalam konteks pesantren, menurut Dian, pemahaman terhadap kekerasan seksual masih sangat terbatas. Banyak yang menganggap candaan menyentuh organ tubuh tertentu sebagai kelaziman, padahal secara psikologis itu bisa meninggalkan dampak jangka panjang.

Ia juga menyinggung soal kekerasan digital. “Sekalipun ponsel dibatasi penggunaannya di sekolah, kekerasan digital tetap bisa terjadi. Anak-anak tetap membawa luka dari dunia maya ke dunia nyata,” katanya.

Budaya Kekerasan yang Terinternalisasi Kekerasan, menurut Dian, kerap diwariskan. Guru yang dulu dididik dengan hukuman fisik atau verbal cenderung mengulangi pola yang sama. Survei Yayasan Sejiwa menunjukkan 37 persen guru di Indonesia memiliki kecenderungan karakter agresif. Di Jawa Tengah, angkanya bahkan menembus 80 persen.

“Sistem pendidikan kita secara tidak langsung melegitimasi kekerasan atas nama disiplin,” ujar Dian. “Ini yang harus kita periksa ulang. Apakah ketegasan selalu harus identik dengan kekerasan?”

Salah satu temuan menarik datang dari riset UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam survei terhadap 1.728 santri dan guru di 34 provinsi, terungkap bahwa santri putra justru lebih rentan mengalami kekerasan seksual dibandingkan santri putri. Salah satu sebabnya adalah kurangnya edukasi kesehatan reproduksi dan minimnya pengawasan berbasis gender di lingkungan asrama, kata Dian saat hadir pada diseminasi hasil riset tersebut.

Namun, dalam hal ketahanan mental, santri putra dinilai lebih tangguh. “Aktivitas fisik seperti olahraga terbukti menjaga kesehatan mental mereka,” kata Dian. Sementara itu, santri putri disarankan mendapatkan ruang lebih luas untuk menyalurkan ekspresi melalui seni dan kegiatan emosional.

Pelatihan TPPK ini diharapkan menjadi langkah awal untuk membangun satuan pendidikan yang benar-benar aman, nyaman, dan menyenangkan (SANM). Sebab, banyak satuan pendidikan yang hingga kini belum memiliki sistem pelaporan kekerasan, belum menetapkan sanksi jelas bagi pelaku, dan masih tertatih memahami psikologi anak.

Dian mengajak peserta pelatihan untuk tidak sekadar mengutip teori, melainkan berani turun tangan menangani langsung setiap kasus. “Pendekatan harus holistik. Dengarkan korban, pahami pelaku, dan hadirkan keadilan restoratif,” ujarnya.

Ia menyarankan penggunaan pendekatan tabayun—verifikasi dengan empati dan tanpa prasangka—dalam menyelidiki kasus kekerasan. “Tujuannya bukan menghukum, tapi menyembuhkan,” katanya.

Sekolah masa depan, kata Dian, bukanlah tempat tanpa konflik, tapi tempat yang mampu mengelola konflik dengan bijak. “Jika ingin anak-anak kita tumbuh sehat secara mental, kita harus mulai dari ruang kelas yang bebas kekerasan. Sekecil apapun bentuknya.”

Previous Post

Program Perbaikan Gizi LDII Banten Dapat Dukungan Mendes Yandri Susanto

Next Post

Kisah Warga LDII Tala, Menjadi Tenaga Kesehatan Haji Sambil Ibadah Haji Gratis

Next Post
Kisah Warga LDII Tala, Menjadi Tenaga Kesehatan Haji Sambil Ibadah Haji Gratis

Kisah Warga LDII Tala, Menjadi Tenaga Kesehatan Haji Sambil Ibadah Haji Gratis

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Pos Terbaru

Persinas ASAD Tanah Bumbu Gelar Sarasehan dan Latihan Bersama

Persinas ASAD Tanah Bumbu Gelar Sarasehan dan Latihan Bersama

June 13, 2025
Nyatakan Hewan Kurban LDII Tala Sehat, Dokter Hewan: Tetap Harus Dimasak Sampai Matang

Nyatakan Hewan Kurban LDII Tala Sehat, Dokter Hewan: Tetap Harus Dimasak Sampai Matang

June 9, 2025
LDII Tanah Laut Bagikan Belasan Ribu Kantong Daging Kurban

LDII Tanah Laut Bagikan Belasan Ribu Kantong Daging Kurban

June 9, 2025

Tagline

8 bidang pengabdian LDII akhlakul karimah Anies Baswedan Chriswanto Santoso Covid-19 DPD LDII Gresik FKUB Halal Bihalal Jawa Timur KPU LDII LDII Bandung LDII untuk Bangsa Lembaga Dakwah Islam Indonesia MUI Bandung NKRI One Pesantren One Product PAC LDII Pabuaran Mekar Pancasila Pemilu Damai Ponpes Wali Barokah profesional religius program kampung iklim Rapat Kerja tanggulangi judi online Vaksin vaksinasi wabah Wisata

Categories

  • Berita Daerah
  • Berita Kegiatan
  • Berita Nasional
  • Ekonomi
  • Lintas Daerah
  • Muswil Ke-7 DPW LDII Kalsel
  • Nasehat
  • Nasional
  • Olah Raga
  • Opini
  • Prestasi
  • Uncategorized
  • Home
  • Tentang LDII
  • Susunan Pengurus
  • Rubrik
  • Kontak

© 2021 Managed by DPP LDII

No Result
View All Result
  • Home
  • Tentang LDII
  • Susunan Pengurus
  • Rubrik
  • Kontak

© 2021 Managed by DPP LDII