Banjarmasin (18/6) – Dewan Pimpinan Wilayah Lembaga Dakwah Islam Indonesia (DPW LDII) Provinsi Kalimantan Selatan melaksanakan pemotongan hewan kurban pada Senin (17/6). Jumlah hewan kurban yang dipotong sebanyak 514 ekor terdiri dari 435 sapi dan 79 kambing. Jumlah ini jika dirupiahkan senilai Rp 8,5 miliar.
Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2023 lalu yang terdiri dari 400 ekor sapi, 1 ekor kerbau dan 100 ekor kambing (total 501 ekor).
Hewan kurban ini tersebar ke seluruh wilayah Kalimantan Selatan melalui DPD LDII Kota/kabupaten se Kalimantan Selatan.
Ketua DPW LDII Kalsel, H Dedi Supriatna, SPd, MT, mengungkap rasa syukur atas terselenggaranya pemotongan hewan kurban tersebut. Terlebih ada peningkatan jumlah hewan kurban dibandingkan tahun sebelumnya.
“Saya sangat bersyukur, alhamdulillah jumlah hewan kurban pada tahun ini meningkat secara drastis dibandingkan dengan tahun sebelumnya, terlebih dari tahun ke tahun selalu meningkat. Semoga ini menjadi barometer meningkatnya ketakwaan. Tentunya peningkatan jumlah hewan kurban ini juga meningkatkan jumlah paket daging kurban yang didistribusikan. Semoga hal ini memberikan andil yang lebih baik dalam kehidupan sosial”, ucap Dedi Supriatna, di Banjarmasin, Selasa (18/6).
Meningkatnya hewan kurban menurut Dedi, disamping menggambarkan ghirah warga yang terus meningkat untuk berkurban juga dapat dijadikan indikator semakin membaiknya ekonomi masyarakat.
Hewan kurban ditebar ke masyarakat dalam wujud daging sebanyak kurang lebih 45 ribu paket.
“Tebar kurban ini merupakan kontribusi LDII Kalsel untuk masyarakat kalsel, yakni untuk memperkuat ketakwaan kepada Allah dan kepedulian sosial kepada sesama manusia,” imbuh Dedi.
Sementara itu, Ketua Umum DPP LDII, KH Chriswanto Santoso menyatakan bahwa Idul Adha adalah momentum untuk berbagi dan mempererat ikatan sosial.
“Hari Raya Kurban merupakan momentum untuk berbagai mempererat ikatan sosial. Dengan berkurban umat Islam dapat membantu tetangga dan warga lainnya, yang sedang mengalami kesulitan dan kesusahan. Dengan ikatan sosial yang kuat, persatuan dan kesatuan bangsa juga semakin kuat,” ujar KH Chriswanto Santoso dalam siaran persnya pada Senin (17/6).
Ia menjelaskan, berkurban merupakan wujud ketakwaan individu sekaligus menjadi upaya meningkatkan kesalehan sosial, “Tahun ini, terjadi peningkatan sekitar lima persen hewan kurban yang dikorbankan warga LDII dibanding tahun 2023,” tuturnya.
Menurut catatan media massa, pada 2023, jumlah kurban warga LDII mencapai 43.493 ekor, dengan rincian 23.710 ekor sapi, 19.766 ekor kambing/domba, dan 17 ekor kerbau. Bila rata-rata harga seekor sapi mencapai Rp25 juta dan Rp 3 juta untuk seekor kambing maka kurban warga LDII di seluruh Indonesia mampu memutar ekonomi senilai Rp652 miliar. Dengan kenaikan sekitar 5 persen, jumlah total kurban warga LDII mencapai 45.667 hewan ternak, dan bernilai ekonomi mencapai Rp684 miliar. Dengan perputaran uang lebih dari setengah triliun itu, terjadi distribusi kesejahteraan terhadap peternak maupun petani yang menjual ternaknya.
KH Chriswanto memaparkan, warga LDII mempunyai metode unik LDII dalam berkurban, yakni dengan menabung sejak awal tahun untuk kurban pada tahun depan, sebagai wujud keikhlasan dalam ibadah sosial.
“Setiap pengajian di majelis-majelis taklim LDII panitia kurban menawarkan tabungan kepada warga LDII semampunya, meskipun kecil namun intensitas pengajiannya tinggi, maka tabungannya menjadi besar,” ujarnya.
Dengan cara tersebut, warga LDII yang berkecukupan maupun yang kurang mampu bisa melaksanakan kurban dengan metode patungan dan menabung. Menurut KH Chriswanto, DPP LDII mengangkat tema “Mari Berkurban untuk Mewujudkan Ketakwaan dan Kepedulian Sosial”.
Dengan tema tersebut, KH Chriswanto Santoso optimistik bahwa keikhlasan dan ketakwaan, mampu menjadikan umat Islam berkontribusi dalam pembangunan bangsa, “Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain,” tutur KH Chriswanto mengutip hadits dari Rasulullah SAW, merujuk pada nilai-nilai solidaritas sosial yang dijunjung tinggi dalam berkurban.
Dari berkurban, menurutnya umat Islam dapat memperkuat komitmennya dalam menjalankan ajaran agama dengan penuh keikhlasan dan kontribusi nyata terhadap masyarakat. Pelaksanaan ibadah kurban yang tidak sekadar ritual, tetapi juga sebagai bentuk pengabdian sosial yang mendalam. (Kus)