Tanah Laut (9/1) – Gotong royong merupakan budaya bangsa Indonesia sejak nenek moyang dulu. Kerja secara bersama-sama secara sukarela (tanpa upah) ini biasanya dilakukan untuk pembangunan rumah warga, penyelenggaraan hajatan (pernikahan, sunatan), maupun mengerjakan pekerjaan di sawah dan ladang.
Umumnya jika ada warga yang sedang membangun rumah atau memiliki hajatan keluarga, warga sekitar dengan suka rela berbondong-bondong membantu terlaksananya kegiatan tersebut. Si pemilik hajat hanya cukup menyediakan konsumsi saja.
Budaya gotong royong ini pun dilestarikan oleh warga Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) di Kelurahan Angsau Kabupaten Tanah Laut (Tala) Kalimantan Selatan. Setiap ada kegiatan di lingkungan RT, seperti bersih-bersih lingkungan, memperbaiki saluran air, dan kegiatan warga lainnya, warga LDII selalu turut serta.
Termasuk pada Senin pagi 9 Januari 2023 warga LDII setempat pun turut bergotong-royong melakukan pengecoran gedung serbaguna yang ada di Jl Ki Hajar Dewantara Kelurahan Angsau. Gotong royong yang dilakukan bukan sekali ini saja, namun sejak pembuatan pondasi sampai gedung tersebut berdiri, selalu diadakan gotong royong secara bergiliran.
Gedung serbaguna ini nantinya digunakan untuk berbagai kegiatan seperti latihan pencak silat, keakraban muda-mudi, olahraga, dll.
Budaya gotong royong ini sudah mengakar kuat di kalangan warga LDII. Hal ini karena sejak usia dini selalu ditanamkan penerapan 6 thobiat luhur yaitu: jujur, amanah, rukun, kompak, kerjasama yang baik, dan hidup hemat kerja keras.
Seperti yang dikatakan oleh Ketua DPD LDII Tala, Anton Kuswoyo, bahwa 6 thobiat luhur tersebut merupakan karakter yang dibentuk untuk setiap warga LDII dimanapun berada.
“Melalui karakter 6 thobiat luhur tersebut, Insya Alloh warga LDII akan menjadi warga negara yang baik dan bermanfaat bagi lingkungan sekitar. Karena karakter jujur, amanah, rukun, kompak, kerjasama yang baik, dan hidup hemat kerja keras merupakan softskill yang sangat diperlukan untuk sukses di berbagai bidang kehidupan”, ujar Anton.
“Pembentukan karakter 6 thobiat luhur ini dimulai sejak anak anak-anak. Bahkan di lingkungan keluarga pun 6 thobiat luhur senantiasa ditanamkan. Bukan hanya slogan saja, 6 thobiat luhur harus dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari”, lanjutnya. (kus)